BAB
II
PEMBELAJARAN
YANG MENYENANGKAN DENGAN MEDIA TEPATGUNA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK
A. Pembelajaran yang menyenangkan
1.
Pengertian
pembelajaran yang menyenangkan
a. Pengertian
pembelajaran
Wikipedia.org, Pembelajaran
adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.Definisi
sebelumnya menyatakan bahwa seorang manusia
dapat melihat perubahan
terjadi tetapi tidak pembelajaran itu sendiri. Konsep tersebut adalah teoretis,
dan dengan demikian tidak secara langsung dapat diamati.
G.A.KIMBLE, pembelajaran merupakan perubahan kekal
secara relatif dalam keupayaan kelakuan akibat latihan yang diperkukuh.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajara adalah bantuan
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan pada
peserta didik.
b. Pendekatan
Pembelajaran
Didalam pembelajaran perlu adanya
pendekatan. Pendekatan adalah cara umum dalam memandang permasalahan atau objek
kajian. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa pendekatan pembelajaran adalah
car memandang terhadap pembelajaran strategi. (Joni, 1992 / 1993)
c. Tujuan
pembelajaran
Tujuan pembelajaran menyangkut tiga
kelompok perilaku yaitu pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Untuk masing-masing kelompok
perilaku diperlukan penggunan strategi pembelajaran yang berbeda sesuai dengan
aspek kegiatan yang dituntut untuk penguasaan jenis tujuan pembelajaran
tersebut.
d. Teknik
Pembelajaran
Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia (2005: 1158) teknik adalah metode atau
sistem mengerjakan sesuatu, cara membuat atau seni melakukan sesuatu. Gerlach
dan Ely (Hamzah B Uno, 2009: 2) mengartikan teknik sebagai jalan, alat, atau
media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik kearah
tujuan yang ingin dicapai. Teknik secara harfiah juga diartikan sebagai cara
yang dilakukan seseorang dalam mengaplikasikan dan mempraktikkan suatu metode.
Teknik pembelajaran merupakan ragam
khas penerapan suatu metode susuai dengan latar penerapan tertentu. Banyak
siswa yang tidak menyukai belajar. Dalam hal ini diperlukan penyiasatan yang
dilakukan oleh guru untuk membuat pembelajaran menjadi menyenangkan.
e. Pengertian
menyenangkan
Menurut KBBI,menyenangkan merupakan
menjadikan senang; membuat bersuka hati: ia
menyayangi adiknya dan selalu berusaha - hatinya. membangkitkan rasa
senang hati; memuaskan; menarik (hati): semoga
perjalanan ini - Tuan; . merasa senang (puas dsb) akan; menyukai.
f. Pengertian
pembelajaran yang menyenangkan
Menyenangkan merupakan usaha membangun pengalaman belajar siswa dengan berbagai
keterampilan proses untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru, melalui penciptaan
kegiatan belajar yang beragam dan mengkondisikan suasana belajar sehingga mampu
memberikan pelayanan pada berbagai tingkat kemampuan dan gaya belajar siswa,
serta siswa lebih terpusat perhatiannya secara penuh.
2. Manfaat pembelajaran yang menyenangkan
Dalam upaya
menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan, banyak hal bisa
dilakukan oleh guru. Guru harus mampu menciptakan proses, lingkungan dan
atmosfer pembelajaran yang menyenangkan. Semakin guru berhasil menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan, anak didik pun akan semakin termotivasi untuk
memiliki rasa ingin tahu yang lebih dan guru pun bisa berprestasi gemilang.
Proses pembelajaran yang menyenangkan ternyata juga dapat bermanfaat bagi
kesehatan, karena situasi yang terbentuk selalu menyenangkan, hati gembira,
nyaman dan pikiran tanpa beban, hal ini akan berpengaruh terhadap kesehatan
jiwa dan psikis bagi guru dan anak didik.
3.
Faktor
Yang Mendorong Timbulnya Pembelajaran Yang Menyenangkan
Banyak anak yang memandang sekolah sebagai tempat penyiksaan, karena mereka
dipaksa melakukan latihan demi latihan dengan ancaman dan tekanan dari bapak
dan ibu guru di sekolah. Ada yang memandang sekolah sebagai penjara, karena
terpenjara dari pagi hingga sore sehingga kehilangan waktu untuk menjelajah di
sawah dan dikebun. Kemudian juga ada yang memandang sekolah sebagai pabrik
otak. Karena disana ada unsur input/masukan, proses dan output atau produk, dan
anak anak didik dipandang sebagai benda dan siap untuk dilatih dan dilatih
tanpa memahami apa dan bagaimana hakekat belajar itu sendiri. Idealnya semua
anak mesti memandang sekolah sebagai tempat yang menyenangkan untuk transfer
ilmu agar berubah menjadi manusia yang lebih beradab.
Rasa senang dalam belajar adalah masalah suasana hati. Ini diperoleh
melalui perlakukan guru dan orang tua melalui dorongan dan motivasi mereka.
Sebenarnya yang diperlukan oleh anak-anak dalam belajar adalah rasa percaya
diri. Maka tugas orang tua dan guru tentu saja menumbuhkan rasa percaya diri
mereka. Dari pengalaman hidup, kita sering menemukan begitu banyak anak yang
ragu-ragu atas apa yang mereka pelajari, sehingga mereka perlu didorong dan
diberi semangat lewat kata- kata dan perlakuan.
Agar setiap anak bisa belajar dengan senang dan memperoleh hasil yang
optimal, maka orang tua sebagai pengasuh di rumah dan guru dari balik dinding
sekolah perlu memperkenakan tentang keterampilan belajar, kemampuan dalam
berkomunikasi dan memperoleh lingkungan yang menyenangkan. Agar seorang siswa
tidak terjebak dalam kebosanan gaya belajar yang monoton (belajar hanya sekedar
mencatat perkataan guru dan menghafal) maka mereka perlu tahu bagaimana cara
membaca , cara mencatat, cara mengolah suasana hati, cara mengolah lingkungan
dan cara berkomunikasi dengan guru dan teman teman selama pembelajaran.
4.
Indikator
Pembelajaran Yang Menyenangkan
Metode PembelajaranKegiatan belajar siswa menggunakan metode pembelajaran
yang bervariasi (wawancara, pengamatan, bermain peran, penelitian, berlangsung di
luar dan di dalam kelas) sesuai dengan mata pelajaran. Idealnya lebih dari 3
jenis.Kegiatan belajar siswa menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan
spesifikasi bahan ajar.Penggunaan metode dalam kegiatan belajar siswa sesuai
dengan RPP.
Pengelolaan Kelas. Kegiatan belajar siswa variatif (individual,
berpasangan , kelompok, klasikal). Idealnya lebih dari 3 jenis. Kelompok
belajar siswa beragam (gender, sosial-ekonomi, intelegensi). Idealnya lebih
dari 3 variabel.Keanggotaan kelompok belajar berubah-ubah sesuai kebutuhan
belajar (sesuai KD, materi, metode, dan alat bantu belajar).Kegiatan
pembelajaran menggunakan tata tempat duduk (meja/kursi) yang memudahkan siswa
berinteraksi dengan guru maupun dengan siswa lainnya. Idealnya lebih dari 3
variasi tata tempat duduk.Tata tertib kelas dibuat (dan disepakati) bersama
antara siswa dan guru. Idealnya murni inisiatif siswa (khusus kelas tinggi).
Ketrampilan Bertanya. Pertanyaan yang diajukan guru dapat
memancing/mendukung siswa dalam membangun konsep/gagasannya secara mandiri.Guru
mengajukan pertanyaan selalu memberikan jeda (waktu tunggu) yang memberikan
keleluasaan seluruh siswa untuk berfikir, lalu menunjuk siswa yang harus
menjawab tanpa pilih kasih secara acak.Guru juga mendorong siswa untuk
bertanya, berpendapat dan/atau mempertanyakan gagasan guru/siswa lain.Siswa
menjawab pertanyaan guru dengan lebih dulu mengacungkan tangan tanpa suasana
gaduh.Siswa berani bertanya, berpendapat dan/atau mempertanyakan pendapat baik
secara lisan/tulisan.
Pelayanan Individual. Terdapat program kegiatan belajar mandiri siswa yang
terencana dan dilaksanakan dengan baik.Siswa dapat menyelesaikan tugas
/permasalahannya dengan membaca, bertanya atau melakukan pengamatan dan
percobaan. Guru melakukan identifikasi, merancang, melaksanakan, mengevaluasi
dan menindaklanjuti Program Pembelajaran Individual (PPI) sebagai respon adanya
kebutuhan khusus (hiperaktif, autis, lamban, dsb). Kegiatan pembelajaran
melayani perbedaan individual ( tipe belajar, siswa: audio, visual, motorik,
audio-visual, audio-visual-motorik) menggunakan multimedia. Siswa melakukan
kegiatan membaca dan menulis atas keinginan sendiri dan didokumentasikan.
Sumber Belajar dan Alat Bantu Pembelajaran. Guru
menggunakan berbagai sumber belajar (sudut baca, perpustakaan, lingkungan
sekitar) yang sesuai dengan kompetensi yang dikembangkan. Guru membuat alat
bantu pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang dikembangkan sendiri dan /atau
bersama siswa/orangtua siswa. Guru trampil/menguasai alat bantu pembelajaranyang
tersedia dan sesuai dengan materi yang diajarkan. Lembar kerja mendorong siswa
dalam menemukan konsep/gagasan/rumus/cara (tidak hanya mengerjakan perintah)
dan dapat menerapkannya dalam konteks kehidupan nyata sehari-hari.
Umpan Balik dan Evaluasi Guru memberikan umpan balik yang menantang (mendorong
siswa untuk berpikir lebih lanjut) sesuai dengan kebutuhan siswa. Guru
memberikan umpan balik (lisan/tulisan) secara individual. Guru menggunakan
berbagai jenis penilaian (tes dan non tes) dan memanfaatkannya untuk
kegiatan tindak lanjut. Setiap proses dan hasil pembelajaran disertai dengan reward
/penghargaan dan pengakuan secara verbal dan/atau non verbal.
Komunikasi dan Interaksi. Bantuan guru kepada siswa dalam
pembelajaran bersifat mendorong untuk berfikir (misalnya dengan mengajukan
pertanyaan kembali). Setiap pembelajaran terbebas dari ancaman dan intimidasi
(yang ditandai : tidak ada rasa takut, labelling, bulliying, anak menikmati,
guru ramah). Setiap proses pembelajaran bebas dari perlakuan kekerasan
(emosional, fisik, pelecehan seksual). Perilaku warga kelas (siswa dan guru)
sesuai dengan tata tertib yang dibuat bersama dan etika yang berlaku. Siswa
mendengarkan dengan baik ketika guru
atau siswa lain berbicara. Komunikasi terjalin dengan baik antara guru-siswa
dan siswa-siswa.
Keterlibatan Siswa. Siswa aktif dan asyik berbuat /bekerja dalam setiap
kegiatan pembelajaran. Guru selalu meberikan kesempatan kepada siswa untuk
tampil di depan kelas untuk menyajikan/mengemukakan /melakukan sesuatu. Dalam
setiap kerja kelompok ada kejelasan peran masing-masing siswa dan terlaksana
secara bergilir.
Refleksi Setiap usai pembelajaran guru meminta siswa
menuliskan/mengungkapkan kesan dan keterpahaman siswa tentang apa yang
telah dipelajari. Guru melaksanakan refleksi/perenungan tentang kekuatan dan
kelemahan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Hasil Karya Siswa. Berbagai hasil karya siswa dipajangkan, ditata rapid
an diganti secara teratur sesuai
perkembangan penyampaian materi pembelajaran. Hasil karya siswa adalah murni
karya /buatan siswa sendiri.
Hasil Belajar Hasil belajar siswa memenuhi kriteria ketuntasan
minimal (KKM). Siswa mengalami peningkatan kompetensi personal/sosial sesuai
dengan potensinya (kerjasama, toleransi, menyelesaikan konflik secara sehat,
bertanggung jawab dan kepemimpinan). Siswa mengelami peningkatan rasa percaya
diri (kemampuan bertanya, menjawab dan tampil di depan kelas).
B. Media Tepat Guna dalam Pembelajaran
Tematik
1. Pengertian
media tepat guna
Media Pembelajaran Secara
etimologi, kata “media” merupakan bentuk jamak dari “medium”, yang berasal dan
Bahasa Latin “medius” yang berarti tengah. Sedangkan dalam Bahasa Indonesia,
kata “medium” dapat diartikan sebagai “antara” atau “sedang” sehingga
pengertian media dapat mengarah pada sesuatu yang mengantar atau meneruskan
informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan. Media dapat
diartikan sebagai suatu bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam suatu
proses penyajian informasi (AECT, 1977:162).
Istilah media mula-mula dikenal dengan alat peraga,
kemudian dikenal dengan istilah audio visual aids (alat bantu
pandang/dengar). Selanjutnya disebut instructional materials (materi
pembelajaran), dan kini istilah yang lazim digunakan dalam dunia pendidikan
nasional adalah instructional media (media pendidikan atau media
pembelajaran). Dalam perkembangannya, sekarang muncul istilah e-Learning.
Huruf “e” merupakan singkatan dari “elektronik”. Artinya media pembelajaran
berupa alat elektronik, meliputi CD Multimedia Interaktif sebagai bahan ajar offline
dan Web sebagai bahan ajar online. Berikut ini beberapa pendapat
para ahli komunikasi atau ahli bahasa tentang pengertian media
yaitu(1) orang, material, atau kejadian yang dapat
menciptakan kondisi sehingga memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan,
keterapilan, dan sikap yang baru, dalam pengertian meliputi buku, guru, dan
lingkungan sekolah (Gerlach dan Ely dalam Ibrahim, 1982:3) (2)
saluran komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan antara sumber
(pemberi pesan) dengan penerima pesan (Blake dan Horalsen dalam Latuheru,
1988:11) (3) komponen strategi penyampaian yang dapat
dimuati pesan yang akan disampaikan kepada pembelajar bisa berupa alat, bahan,
dan orang (Degeng, 1989:142) (4) media sebagai segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan pengirim pesan kepada
penerima pesan, sehingga dapat merangsang pildran, perasaan, perhatian, dan
minat serta perhatian siswa sedemikian rupa, sehingga proses belajar mengajar berlangsung
dengan efektif dan efesien sesuai dengan yang diharapkan (Sadiman, dkk.,
2002:6) (5) alat yang secara fisik digunakan untuk
menyampaikan isi materi, yang terdiri antara lain buku, tape-recorder,
kaset, video kamera, video recorder, film, slide, foto, gambar,
grafik, televisi, dan komputer (Gagne dan Briggs dalam Arsyad, 2002:4) Berdasarkan
beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media pengajaran adalah
bahan, alat, maupun metode/teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar
dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukatif antara guru dan anak
didik dapat berlangsung secara efektif dan efesien sesuai dengan tujuan
pengajaran yang telah dicita-citakan.
2. Keunggulan
dan kelemahan media tepat guna
Secara umum manfaat penggunaan media pengajaran dalam
kegiatan belajar mengajar, yaitu (1) media pengajaran dapat menarik dan
memperbesar perhatian anak didik terhadap materi pengajaran yang disajikan, (2)
media pengajaran dapat mengatasi perbedaan pengalaman belajar anak didik
berdasarkan latar belakang sosil ekonomi, (3) media pengajaran dapat membantu
anak didik dalam memberikan pengalaman belajar yang sulit diperoleh dengan cara
lain, (5) media pengajaran dapat membantu perkembangan pikiran anak didik
secara teratur tentang hal yang mereka alami dalam kegiatan belajar mengajar
mereka, misainya menyaksikan pemutaran film tentang suatu kejadian atau
peristiwa. rangkaian dan urutan kejadian yang mereka saksikan dan pemutaran
film tadi akan dapat mereka pelajari secara teratur dan berkesinambungan, (6)
media pengajaran dapat menumbuhkan kemampuan anak didik untuk berusaha
mempelajari sendiri berdasarkan pengalaman dan kenyataan, (7) media pengajaran
dapat mengurangi adanya verbalisme dalain suatu proses (dalam bentuk kata-kata
tertulis atau lisan belaka) (Latuheru, 1988:23-24).
Sedangkan menurut Sadiman, dkk. (2002:16), media
pengajaran dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misalnya
(1) obyek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar, film, atau
model, (2) obyek yang kecil bisa dibantu dengan menggunakan proyektor, gambar,
(3) gerak yang terlalu cepat dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed
photography, (4) kejadian atau peristiwa di masa lampau dapat
ditampilkan dengan pemutaran film, video, foto, maupun VCD, (5) objek yang
terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram,
dan lain-lain, dan (6) konsep yang terlalu luas (misalnya gunung berapi, gempa
bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualisasikan dalam bentuk film, gambar,
dan lain-lain.
Pemanfaatan media pembelajaran dalam proses belajar
mengajar perlu direncanakan dan dirancang secara sistematik agar media
pembelajaran itu efektif untuk digunakan dalam proses belajar mengajar. Ada
beberapa pola pemanfaatan media pembelajaran, yaitu (1) pemanfaatan media dalam
situasi kelas atau di dalam kelas, yaitu media pembelajaran dimanfaatkan untuk
menunjang tercapainya tujuan tertentu dan pemanfaatannya dipadukan dengan
proses belajar mengajar dalam situasi kelas, (2) pemanfaatan media di luar
situasi kelas atau di luar kelas, meliputi (a) pemanfaatan secara bebas yaitu
media yang digunakan tidak diharuskan kepada pemakai tertentu dan tidak ada
kontrol dan pengawasan dad pembuat atau pengelola media, serta pemakai tidak
dikelola dengan prosedur dan pola tertentu, dan (b) pemanfaatan secara
terkontrol yaitu media itu digunakan dalam serangkaian kegiatan yang diatur
secara sistematik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan
untuk dipakai oleh sasaran pemakai (populasi target) tertentu dengan mengikuti
pola dan prosedur pembelajaran tertentu hingga mereka dapat mencapai tujuan
pembelajaran tersebut, (3) pemanfaatan media secara perorangan, kelompok atau
massal, meliputi (a) pemanfaatan media secara perorangan, yaitu penggunaan
media oleh seorang saja (sendirian saja), dan (b) pemanfaatan media secara
kelompok, baik kelompok kecil (2—8 orang) maupun kelompok besar (9—40 orang),
(4) media dapat juga digunakan secara massal, artinya media dapat digunakan oleh
orang yang jumlahnya puluhan, ratusan bahkan ribuan secara bersama-sama.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat dikatakan
bahwa seorang guru dalam memanfaatkan suatu media untuk digunakan dalarn proses
belajar mengajar harus memperhatikan beberapa hal, yaitu (1) tujuan
pembelajaran yang akan dicapai, (2) isi materi pelajaran, (3) strategi belajar
mengajar yang digunakan, (4) karakteristik siswa yang belajar. Karakteristik
siswa yang belajar yang dimaksud adalah tingkat pengetahuan siswa terhadap media
yang digunakan, bahasa siswa, artinya isi pesan yang disampaikan melalui media
harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan berbahasa atau kosakata yang
dimiliki siswa sehingga memudahkan siswa dalam memahami isi materi yang
disampaikan melalui media. Selain itu, penting juga untuk memperhatikan jumlah
siswa. Artinya media yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan jumlah siswa
yang belajar.
C. Pembelajaran Tematik
1.
Pengertian
pembelajaran tematik
Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa.
Tema adalah
pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan
(Poerwadarminta, 1983).
Dengan tema
diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya:
- Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu,
- Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama;
- Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
- Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;
- Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas;
- Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain;
- Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.
2.
Fungsi
pembelajaran tematik
Pembelajaran dengan menggunakan tema
(tematik) berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami
dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema serta menambah semangat
karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata dan bermakna serta
dikenal oleh anak.
3.
Tujuan
pembelajaran tematik
Pemilihan dalam pembelajaran tema bertujuan agar
supaya anak dapat:
a.
Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik
tertentu;
b.
Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama;
c.
Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih
mendalam dan berkesan;
d.
Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan
mengaitkan berbagai mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi anak;
e.
Lebih bergairah belajar, karena mereka dapat
berkomunikasi dalam situasi yang nyata seperti: bertanya, bercerita, menulis,
sekaligus mempelajari mata pelajaran yang lain;
f.
Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena
materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas;
g.
Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang
disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2
atau 3 kali pertemuan bahkan lebih dan/atau pengayaan;
h.
Budi pekerti dan moral anak dapat ditumbuhkan dengan
mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.
Comments
Post a Comment